Sabung Ayam Bali Tajen Tradisi Umat Hindu Saat Nyepi

Sabung Ayam Bali Tajen Tradisi Umat Hindu Saat Nyepi Tradisi sabung ayam di Bali secara besar-besaran dilakukan pada saat sebelum hari raya “nyepi”. Di dalam sabung ayam ini terdapat simbol-simbol yang memiliki makna-makna tertentu. Di dalam masyarakat Bali jago memiliki simbol jantan par excellence. Sabung, kata untuk ayam jantan dipakai secara metaforis untuk mengartikan pahlawan, serdadu,pemenang,man of parts, calon politis,jejaka,pesolek,pembunuh perempuan, atau orang kuat. Ayam jantan adalah ungkapan simbolis atau ungkapan kebesaran pemiliknya sendiri, yakni ego lelaki yang narsistis terungkap dalam pengertian Aesopia.
Apakah Anda Ingin Bermain Online Tentang Sabung Ayam, Kunjungi Website Agen Sabung Ayam Online Terpercaya di Indonesia di Website www.s1288.net
Agen Sabung Ayam – Tajen merupakan sebuah tradisi judi sabung ayam di Bali yang dilakukan dengan memasangkan taji, yaitu sebuah pisau kecil yang dipasangkan di kaki dua ayam jantan yang diadu sebagai senjata untuk membunuh lawannya. Tajen biasa dilakukan di pura-pura, arena sabung ayam atau bahkan tempat-tempat wisata yang memang menyediakan arena sabung ayam dan tajen sebagai obyek wisata.
Dalam cara sabung ayam terdapat dua jenis taruhan, pertama jenis taruhan pusat dan kedua jenis taruhan pinggiran disekeliling ring sabung ayam. dalam permainan sabung ayam, pertaruhan pada masyarakat Bali lebih dianggap dalam arti untuk kenikmatan dan kesakitan, kebahagiaan dan ketidakbahagiaan.

Sabung ayam adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat Bali dalammencari keuntungan yang besar dalam hal materi. di dalam sabung ayam tersirat makna bahwa yang bertarung adalah manusianya atau pemilk ayam jago tersebut. Usai pertandingan, yang memenangkan pertandingan maka sang ayamakan dibawa pulang kerumah sang pemenang dan dimakan bersama. Bagi merekayang telah kalah dalam sabung ayam akan merasa sangat malu dan padamasyarakat karena harga dirinya telah jatuh terinjak-injak.

Dalam kegiatan upacara yadnya dalam agama Hindu-Bali dikenal istilah matatabuhan atau matabuh, yaitu, proses menaburkan lima warna zat cair. Lima warna tersebut antara lain: putih yang disimbolkan dengan tuak, kuning yang disimbolkan dengan arak, hitam yang disimbolkan dengan berem, merah yang disimbolkan dengan taburan darah binatang, dan yang terakhir brumbun yaitu dengan mencampurkan keempat warna. Lima zat cair yang disimbolkan adalah darah putih, kelenjar perut yang berwarna kuning, darah merah, kelenjar empedu yang berwarna hitam dan air sebagai simbol semua warna atau brumbun. Dimana kelima tersebut harus dijaga keseimbangannya.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa judi tajen sudah ada dari jaman sebelum ajaran agama Hindu masuk ke Bali, yaitu sebelum abad X Masehi. Namun sayangnya pendapat ini sukar dibuktikan dan dipercaya, dikarenakan kebanyakan orang di Bali lebih mempercayai bahwa tajen berasal dari tabuh rah. Sampai saat ini, persoalan tajen di Bali tetap menjadi sesuatu yang cukup dilematis. Dalam perspektif hukum positif, kegiatan apapun yang mengandung unsur permainan dan menyertakan taruhan berupa uang, maka dianggap sebagai perjudian dan dianggap terlarang. Namun di sisi lain, tajen yang sebenarnya merupakan sebuah proyeksi dari tabuh rah dianggap sebagai salah satu bentuk upacara adat yang sakral, patut dijunjung tinggi, dihormati dan tentu saja harus dilestarikan.

Hal utama yang ditekankan dalam sabung ayam orang Bali bukan terletak  pada uang atau taruhannya, melainkan isi dari pertandingan sabung ayam tersebut meskipun uang mempunyai peran yang sangat penting. Isi atau makna yang tersirat dalam pertandingan sabung ayam itu adalah perpindahan hierarkhi status orang Bali ke dalam susunan sabung ayam.

Dalam hal ini sabung ayam dilihat sebagai sebuah indikator dari kepribadian laki-laki yang dijunjung tinggi kedudukannya dalam masyarakat..Ayam jantan yang dipakai dalam sabung ayam dicirikan sebagai pengganti kepribadian si pemilik ayam jago dan sabung ayam dengan sengaja dibentuk menjadi sebuah simulasi matriks sosial, sistem yang berlaku dari kelompok-kelompok yang besilangan, bertumpang tindih.

Pertandingan tersebut, menurut Geertz, hanya ada di antara orang-orangyang sejajar dan dekat secara pribadi. Kontroversi mengenai Tajen selalu ada sampai saat kini bagi sebagian orang Bali tajen adalah bagian dari ritual adat budaya Bali identik dengan tabuh rah harus dijaga dan dilestarikan, bagi sebagian orang Bali yang lain, tajen merupakan bentuk perjudian yang harus dihapuskan, karea dianggap tidak sesuai dengan norma-norma dalam agama Hindu-Bali itu sendiri.

Menurut sejarah, tajen dianggap sebagai sebuah proyeksi dari salah satu upacara yadnya di Bali yang bernama tabuh rah. Tabuh rah merupakan sebuah upacara suci yang dilangsungkan sebagai kelengkapan saat upacara macaru atau bhuta yadnya yang dilakukan pada saat tilem. Upacara tabuh rah biasanya dilakukan dalam bentuk adu ayam, sampai salah satu ayam meneteskan darah ke tanah. Darah yang menetes ke tanah dianggap sebagai yadnya yang dipersembahkan kepada bhuta, lalu pada akhirnya binatang yang dijadikan yadnya tersebut dipercaya akan naik tingkat pada reinkarnasi selanjutnya untuk menjadi binatang lain dengan derajat lebih tinggi atau manusia. Matabuh darah binatang dengan warna merah inilah yang konon akhirnya melahirkan budaya judi menyabung ayam yang bernama tajen. Namun yang membedakan tabuh rah dengan tajen adalah, dimana dalam tajen dua ayam jantan diadu oleh para bebotoh sampai mati, jarang sekali terjadi sapih. Upacara tabuh rah bersifat sakral sedangkan tajen adalah murni bentuk praktik perjudian.

Apakah Anda Ingin Bermain Online Tentang Sabung Ayam, Kunjungi Website Agen Sabung Ayam Online Terpercaya di Indonesia

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *